Created using PAINT and photos from http://fc03.deviantart.net/fs70/i/2013/208/8/e/rain_drops_wallpaper_ii_by_ssgtsyms-d6dc4b7.jpg
Kamis, 23 Oktober 2014
Sekilas Pemikiran
PERBEDAAN
Apakah
kita memang diciptakan berbeda satu sama lain di dunia ini?
Kendati
kita semua pada dasarnya merupakan manusia yang sama, jurang pemisah antara
individu semakin terasa dalam. Fenomena ini sering saya temukan dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak perlu melihat yang jauh antara stratifikasi pada aspek
lapisan tertentu, dalam pergaulan saja kita cenderung untuk selektif dalam
berteman. Entah memilih dari sisi apa, terkadang saya pun cenderung seperti
itu.
Seakan
terhanyut dengan arus kehidupan yang materialistik, mekanistik dan mungkin
over-humanistik, kita berusaha untuk memanusiakan manusia tetapi lupa untuk
mengenali apa itu manusia sendiri. Berbagai media, sarana-prasarana serta
kecanggihan ilmu seakan menjadikan kita sebagai budak subjek dan objek tanpa
memandang arti lebih jauh ke dalam. Manusia lupa untuk menggunakan hati
nuraninya akan makna sebuah kehidupan, terlampau sibuk menyelami lautan tak
berujung.
Saya
sendiri beberapa hari ini merasa cukup gila karena ikut mengejar lautan tak berujung.
Antara realita, ambisi, kemampuan dan keinginan. Mereka saling berkaitan erat
satu sama lain, namun diam-diam dapat saling melukai. Bicara soal mimpi, saya
memiliki sebuah impian dalam waktu dekat ini. Merasakan adanya kenikmatan batin
saat melakukan perform musik baik
bersama band maupun solo vokal. Ada
semacam dorongan yang meminta saya untuk terus melakukannya, bukan sekedar
perkara menang kalah atau penghargaan. Saya hanya menyukai euphoria saat terbawa alunan musik, “nge-fly” bersama diatas pangggung.
Mungkin dengan sedikit zat adiktif atau psikotropika akan lebih mudah untuk mendapatkan
“sensasi” tersebut daripada secara nyata mesti manggung. Tapi mungkin tidak
akan saya lakukan.
Laki-laki
adalah kelemahan perempuan, begitupun sebaliknya. Tren masa kini membuat hampir
sebagian besar remaja maupun yang tua merasakan gejala “galau”. Perasaan tidak
menentu yang membuat kita terus kepikiran akan sesutau yang tak pasti.
Sejujurnya saya kurang menyukai keadaan ini. Hidup itu punya banyak warna,
tidak seharusnya hanya kita warnai dengan kelabu. Sayang “efek pengkodisionalan”
masa kini telah meng-setting kita
untuk tinggal pada nuansa tersebut. Kata pepatah “tak akan lari gunung dikejar”
mungkin dapat menjadi jawaban. Mungkin kita dapat belajar untuk tidak terlalu
“hopeless-romantic” mengejar cinta. Sebab beliau juga tidak akan lari dari
kehidupan secara harafiah, lari dari kita ya bisa jadi karena takut.
Orang
jaman sekarang cenderung egois.
Tidak
mau menghargai perbedaan.
Cuek.
Suka
seenaknya sendiri.
Itulah
beberapa anggapan dari kita yang sering terlontar dalam percakapan sehari-hari.
Bisa dikatakan manusia masa kini terlihat kurang baik dalam berperilaku. Tetapi
sebenarnya sejauh apakah kita dapat menghakimi perilaku seseorang?
Melalui
suatu ilmu yang dikatakan dapat mengetahui perilaku manusia?
Melalui
ajaran dogmatis tertentu?
Melalui
pemikiran kita sendiri?
Kata
orang lain?
Bukankah
hanya Tuhan yang tau keadilan baik-buruk sesungguhnya? Kita manusia senang
melempar kata sembarangan dari mulut tanpa benar-benar memperdulikan akibatnya.
Kita
senang membeda-bedakan satu sama lain tanpa berpikir lebih jauh. Lain dikata,
lain di hati, berbeda pula dalam perbuatan.
Perbedaan.
Laki-laki
dan perempuan itu sudah jelas berbeda. Ketika menemukan suatu ketidaksamaan, ya
harap dimaklumi. Wong memang beda.
Namun cobalah untuk saling mengerti. Perbedaan itu bukan alasan negatif untuk
membenarkan suatu kesalahan. Dan untuk masalah persamaan hak dan kewajiban,
pada era semaju ini sudah tidak saatnya lagi saling mengadu domba.
Sudah
saatnya kita tidak lagi memandang “beda” antara aku, kamu, dia, beliau, kau,
mereka ataupun kita. Hakikatnya kita adalah sama. Manusia yang satu. Yang
diciptakan Sang Pencipta yang sama. Untuk apa saling mencaci dan mencerca?
Perbedaan itu memang nyata dan akan selalu ada. Tetapi bukan untuk dijadikan
sebagai “kambing hitam” pada segala aspek kehidupan. Lihatlah segala seuatu
dari berbagai aspek hingga sisi-sisi kedalaman yang tidak terselami. Kita tidak
akan pernah bisa berdiri sendiri tanpa orang lain.
Tataplah
dalam-dalam kepada mata setiap insan pada saat kau bertemu dan berinteraksi
dengannya. Apakah benar kita jauh berbeda? Apakah hanya karena pelapisan yang
saya tidak tau sedang anda pikirkan, tetapi apakah kita benar-benar berbeda? Apakah
karena kulit tipis perbedaan fisik, ras, suku dan agama yang memisahkan kita? Cobalah
untuk memahami dan belajar menggunakan hati. Bukan lalu menjadi makhluk lemah
yang minta dikasihani, sebaliknya kasihilah orang lain. Sesamamu. Seperti kamu
mengasihi dirimu sendiri. Sebab kita adalah sama.
Langganan:
Postingan (Atom)